Dalam Doa, Mintalah Kemudahan

Jangan meminta diringankan beban, lebih baik meminta punggung kita dikuatkan

Pernah mendengar/membaca kutipan di atas?

Apakah Anda setuju? kalau Saya tidak!

Baik, sebelum memaparkan alasan kenapa Saya tidak setuju, perlu dicatat bahwa Saya tidak sedang menyalahkan kutipan tersebut. Ini hanya perkara kecenderungan Saya untuk tidak memakai kalimat seperti itu dalam berdoa.

Tanggapan saya terhadap pernyataan tersebut: “Mintalah keduanya, diringankan beban dan dikuatkan punggung kita”. Maka kemudian Saya membuat kutipan sebagai berikut,

Mintalah kemudahan. Tanpa diminta, kesulitan pasti datang. Sebab kemudahan selalu menyertai kesulitan.

Diantara hakikat doa adalah pernyataan diri (pengakuan) sebagai hamba yang hina, dhaif (lemah), yang tidak bisa cukup daripada-Nya [1], mengakui ketauhidan dan kesucian Allah, serta sebagai sarana mendekat kepada Allah [2]. Sehingga, menurut Saya, tidak mau meminta kemudahan lebih cenderung dekat dengan kesombongan. Oleh sebab itu, lebih baik dihindari.

Terkait kemudahan, Allah sendiri yang mengatakan bahwa Ia justru menghendaki kemudahan bagi hambanya, bukan kesukaran (Al Baqarah : 185, 255, 286, Al A’raf : 89, Al Kahfi : 10, Thaha : 25-28, Al Anbiya : 87, At Tahrim : 8, Al Insyirah : 5-6, masih ada lagi?). Kalau sudah begitu, mungkinkah sesuatu hal menjadi sulit karena kita lah yang membuatnya menjadi rumit?

Pernyataan saya “Mintalah kemudahan” didasarkan kepada hakikat doa. Dalam berdoa, kita harus mengakui kelemahan diri, oleh sebab itu perlu meminta kemudahan agar tidak mendapatkan kesulitan diluar kapasitas. Memang, kesulitan membawa kita menjadi lebih kuat dan berkembang. Tapi bukan berarti kita menjauh dari masjid agar langkah kita ke masjid menjadi lebih banyak? Bukan berarti meminta hujan deras setiap waktu solat, agar lebih sulit ke masjid?

Namun, perlu diingat, meminta kemudahan lebih ditujukan pada ranah doa. Dengan kata lain memohon kemudahan tentu hanya pada Sang Maha pemberi kemudahan, Allah. Dalam ranah amalan, tentu untuk mendapatkan kemudahan perlu menempuh kesulitan. Semakin sulit amal, niscahya akan mendapatkan kemudahan yang besar.

Hal yang perlu diingat lainnya adalah, ketika kita meminta kemudahan, sejatinya adalah meminta kesulita. Sebab kemudahan ada setelah/menyertai kesulitan (Al Insyirah: 5-6). Jadi, bersyukurlah ketika mendapatkan kesulitan, artinya doa untuk mendapat kemudahan sudah dikabulkan.

[1] Hakikat Doa bagi Para Wali Allah menurut Ibnu Athaillah
[2] Kedekatan Allah dengan Hamba yang Berdoa

Selamat Hari Guru

Aku merasa dilahirkan di dalam kamar yang gelap gulita. Kebijaksanaan berusaha keras membuka mata ku agar dapat melihat cahaya. Lampu di kamar rupanya cukup terang, tapi percuma, mata ku lah yang tertutup. Cahaya akan percuma untuk orang yang menutup mata. Aku beruntung, dengan bimbingan Kebijaksanaan, akhirnya mau membuka mata dan melihat semua benda-benda di kamar. Beragam warna, bentuk, dan rasa.

Kebijaksanaan ku pun keluar dari kamar, sebari berkata “ayok, keluar!”. Aku hanya terdiam. “Ayok, keluar!”, “Ayok, keluar!”, “Ayok, keluar!” . Akhirnya Kebijaksanaan menyerah. Ia keluar tanpa membawa ku keluar. Aku tetap didalam kamar, berusaha memahami makna ajakan Kebijaksanaan. “Tidak kah aneh, Ia meninggalkan kamar yang begitu indah,” gumam ku. Semua yang aku perlukan untuk hidup, ada di kamar ini.

Hari-hari di dalam kamar sangatlah memuaskan. Sampai suatu saat, Kesadaran mengetuk jendela kamar dari luar. Sebetulnya, bisa saja aku mengabaikan suara ketukan itu. Toh, yang aku butuhkan semua ada di dalam kamar. Tapi, Kesadaran yang berdiri di luar jendela tersebut tidak menyerah. Ia terus mengetuk, yang bahkan membuat risih telinga. Tapi hal itu, pada akhirnya justru membuat penasaran. Ada apa diluar sana?

Aku beranjak dari tempat tidur, kemudian mebuka gordeng. Sungguh silau. Tepat didepan mata ku, Kesadaran berdiri. Ia berkata, “lihatlah, dunia begitu luas, jauh lebih luas dibandingkan dengan kamar mu”. Aku tidak begitu tertarik, aku memang melihat di luar jendela memang lebih luas dan berwarna. Tapi seberapa luas? pastilah ada batas kan? Mungkin kamar ku berada didalam kamar yang lebih luas. Kalau iya, lalu apa bedanya berada di luar sana dibandingkan dengan didalam kamar ku ini?

Aku kembali ke tempat tidur, sembari menikmati hidup didalam kamar. Rupanya, Kesadaran tidak beranjak. Ia tetap bertahan di depan jendela. Ia mengatakan, “cobalah buka jendela ini”. “Apakah itu jebakan?” aku berusaha memahami. Apa yang Ia inginkan, aku sudah cukup dengan apa yang ada di kamar ini. Ya, walapun aku akui, ada kepuasan tersendiri ketika melihat keluar jendela. Tapi, apa perlu sampai membuka jendela?

Aku merasa jengkel, tapi Ia tetap bergumam dan sesekali menunjukan gambaran-gambaran apa yang ada diluar sana. Aku tertarik, tapi aku tetap berpikir, “itu tidak diperlukan, cukuplah apa yang ada di kamar ini”. Sesekali Ia kemudian bertanya tentang apa yang ada di luar. Seolah meyakinkan diri, bahwa aku telah mendengarkan. Sebagian besar aku mengingatnya, sebagian lainnya sudah lupa. Ia memuji ku, saat aku tepat menjawab. “Tapi, memang apa gunanya mengingat itu semua?” gumam ku.

Akhirnya, aku tergoda untuk membuka jendela. Benar apa yang dikatakan Kesadaran, selain dapat melihat lebih jelas dunia luar, udara sejuk nan wangi pun dapat diendus. “Di luar kamar, nampaknya memang lebih indah”. Aku bertekat untuk mengetahui lebih banyak dunia di luar kamar ini. ” Kesadaran, mohon ceritakan lebih banyak tetang dunia luar!” pinta ku. Dengan senang hati, Kesadaran menceritakan semua yang Ia ketahui.

“Nalar ku perlu informasi yang lebih banyak lagi, wahai Kesadaran”, “Maaf, hanya ini yang Kesadaran dapat ceritakan”. “Kenapa?” “Yang kamu perlukan bukan cerita, tapi kamu perlu mengalaminya sendiri”. “Bagaimana caranya?” “Keluarlah nak, di belakangmu itu ada pintu, keluarlah lewat pintu itu”. Aku ingat, dulu sekali, Kebijaksanaan ku mengajak ku keluar lewat pintu itu. Tapi aku menolaknya. “Itulah mengapa Kebijaksanaan mu membawa ku kemari,” jelas Kesadaran.

Aku beranjak, membuka pintu. Tepat di depan pintu, ternyata Kebijaksanaan ku menunggu. Ia sangat bagahia, akhirnya aku keluar kamar. Tidak ada hal yang Ia inginkan. Ia hanya ingin melihat ku keluar, itu saja. Aku melihat sekeliling isi rumah. Menarik, tapi, aku sudah tahu, banyak hal yang lebih menarik lagi diluar rumah. Aku beranjak ke pintu depan. Sangat berharap Kesadaran menyambut ku di depan sana. Ternyata tidak ada. Kesadaran ku, hanya melambai kan tangan dari kejauhan. “Selamat, carilah apa yang kamu inginkan di dunia ini.” Aku tahu betul, Kesadaran ku kini sedang berada di jendela rumah orang lain. Sepertinya Ia melakukan hal yang sama terhadap anak yang berada di dalam kamar itu sebagaimana yang telah Ia lakukan kepada ku.

Aku, pergi. Menjelajah. Mencari apa yang belum pernah dilihat sebelumnya. Kerap kali, aku menjumpai Kesadaran lainnya. Sedikit berbeda, ia tidak memberitahuku banyak hal tentang dunia. Ia menganggap aku bisa mencari tahu segalanya sendiri. Ia hanya membekali ku dengan perlengkapan khusus (sangat spesifik). Kini, aku sedang mengembara, menuju yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Walau sejauh ku beranjak, selalu seolah ada dunia yang lebih luas didapan sana. Tak berujung. Aku pun ingin menjadi Kesadaran, yang rupanya Kesadaran pun menjadi Kebijaksanaan bagi anak-anaknya.

Selamat Hari Kesadaran.

PKKMB “Daring” 2020, Telkom University

“Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) merupakan wahana bagi pemimpin perguruan tinggi untuk memperkenalkan dan mempersiapkan mahasiswa baru dalam proses transisi menjadi mahasiswa yang yang dewasa dan mandiri, serta mempercepat proses adaptasi mahasiswa dengan lingkungan yang baru dan memberikan bekal untuk keberhasilannya menempuh pendidikan di perguruan tinggi,” tutur Ir. Nizam, M.Sc., DIC, Ph.D selaku Plt. Direktur Jenderal [1].

Mengingat kondisis Pandemik Covid-19, tahun ini PKKMB akan dan diselenggarakan oleh berbagai universitas di Indonesia secara daring atau pun hibrid. Segala persiapan yang cenderung “baru” dipersiapkan agar tidak menghilangkan esensi dan tujuan utama PKKMB itu sendiri.

Kegiatan PKKMB tahun ini akan menjadi kesempatan emas bagi Telkom University, kampus dengan basis utama berupa teknologi informasi dan telekomunikasi, untuk membuktikan ke superiorannya. Beragam persiapan dilakukan, terutama terkait pengemasan materi PKKMB, yang penyampaiannya didesain dengan dua mode yaitu singkron dan asingkron. Acara utama PKKMB Tel-U akan diselenggarakan secara daring pada 1 September 2020.

Persiapan PKKMB 2020 Telkom University

Untuk meramaikan pra-acara, tim panitia sudah menyiapkan twibbon. Untuk dosen Teknik Fisika (TF) dapat menggunakan twibbon berikut: https://twibbonize.com/pkkmbdosentf

Untuk mahasiswa baru TF, dapat menggunakan twibbon berikut: https://twibbonize.com/PKKMBFTE-TF

Casmika Saputra – Kode Doesn: CMI

Akhir kalimat, semoga acara PKKMB 2020 Telkom University sukses!


Eksperimen Fisika #DiRumahAja

“Eksperimen Fisika #DiRumahAja”, itulah tema yang Saya bawakan dalam “Webinar Rc AdCNet Series Kolaborasi Eksternal Pratikum  #DiRumahAja Kenapa engga?” yang telah diselenggarakan secara daring pada Sabtu, 15 Agustus 2020, pkl 09.00 – 14.00. Acara Webinar ini mengusung tema besar “Praktikum Virtual” yang diisi oleh 6 pembicara yang luar biasa (Lihat Poster). Webinar yang merupakan rangkaian acara diesnatalis Telkom University yang ke-7 ini telah di ikuti oleh ratusan peserta yang berasal dari beragam latar belakang.

Rekaman webinar dapat disaksikan di https://www.youtube.com/watch?v=wLIA9L9oLKw

ImageZ – Mengukur Distribusi Diameter Partikel/Serat dari Citra Digital

Umumnya Anda yang bekerja dalam bidang material, nanotekhnologi, dan lainnya yang berkaitan dengan partikel atau serat/fiber sering memerlukan distribusi ukuran (diameter) partikel/serat. Namun, pengukuran yang bisanya menggunakan mikroskop, SEM, TEM, atau lainnya hanya menghasilkan citra digital. Untuk mengolah citra tersebut menjadi distribusi ukuran (diamater), diperlukan pengolahan citra lebih lanjut. ImageZ dihadirkan untuk memudahkan kita dalam mengukur distribusi tersebut. Gratis dan mudah digunakan.

Non-Uniform Fast Fourier Transform (NUFFT)

Fast Fourier Transform (FFT) merupakan algoritma untuk mencari transformasi fourier dari suatu data sinyal (umumnya time-series). Namun, FFT mensyaratkan sampling-rate yang konstan. Dengan kata lain, FFT tidak dapat digunakan untuk data hasil pengukuran dengan sampling-rate tidak konstan. Ketidak konstannan samping-rate dapat terjadi karena galat delay atau karena memang karakteristik pengukurannya sendiri. Untuk itu, perlu modifikasi terhadap FFT. Modifikasi yang dapat mengatasi masalah tersebut diatas, adalah Non-Uniform Fast Fourier Transform (NUFFT). NUFFT merupakan FFT dengan terlebih dahulu data diolah sehingga sampilng-rate yang awalnya tidak konstan menjadi konstan. Selebihnya, NUFFT berperan sama persis dengan FFT.

Bersyukur Karena Bahagia atau Bahagia Karena Bersyukur

Memang bahagia dan bersyukur tidak selalu memiliki kausalitas. Tapi yang akan dibahas di tulisan ini adalah rasa bahagia sebagai konsekuensi bersyukur atau sebaliknya bersyukur sebagai konsekuensi mendapat kebahagiaan. Apa perbedaan mendasar dari kedua hal ini? Akan dibahas ditulisan ini. Hal ini ibarat halnya dengan pertanyaan “senyum karena bahagia atau bahagia karena senyum?” Dalam artikel tersebut, ternyata kita tersenyum karena bahagia dan kita bisa bahagia karena tersenyum.

Keadaan yang sering dijumpai adalah kita bersyukur karena kita bahagia. Hal ini wajar karena secara natural kita sangat menerima pemberian nikmat bahagia dari Allah swt. Bahkan sekalipun nikmat yang membuat bahagia tersebut awalnya tidak pernah diharapkan. Namun sebaliknya, kita cenderung sulit menerima musibah yang Allah swt bebankan. Sehingga, karena tidak bahagia mendapat musibah maka banyak dari kita yang tidak bersyukur ketika mendapat musibah.

Bagaimana bila kita balik, bahagia karena bersyukur (beryukur maka kita bahagia)? Keadaannya akan berubah, ketika mendapatkan kemudahan atau kesulitan maka kita harus bersyukur. Rasa syukur inilah yang akan membuat hati tenang dan bahagia. Tidak akan ada bedanya lagi kesulitan dan kemudahan, pada akhirnya akan membuat kita bahagia. Tentu saja karena bersyukur.

Coba bayangkan begini, Anda diberikan kesulitan, apapun itu, kemudian Anda besyukur. Kita akan memahami bahwa masalah yang dibebankan pada kita, hanya kita lah yang mampu menanganinya. Dengan demikian, semakin berat masalah yang Anda hadapi, semakin tinggi pula Allah swt memandang kesanggupan Anda. Bukankah kita patut berbahagia? Tentu kalau level Anda sekarang adalah kelas SMA, maka Anda akan lebih bahagia mendapat soal ujian anak SMA dibandingkan soal ujian anak SD, bukan? Jadi, bila kita sedang bersedih, bersyukurlah, maka Anda akan merasakan kebahagiaan.

Terlalu Banyak Hal Diluar Kendali Kita – Hiduplah Mengalir

Pernah membayangkan bagaimana semesta ini bekerja? Seberapa kompleks? Bahakan, bila dibandingkan dengan diri kita sendiri, semesta lah yang lebih layak menanyakan eksistensi diri kita. Kita tidak pernah tahu apa yang akan kita hadapi dikemudian hari, bahkan tidak pernah tahu apakah sedetik kemudian masih hidup?

Namun demikian, melakukan usaha adalah sifat dasar sebagai makhluk hidup. Sebab disebut hidup bila ada perubahan dan perubahan tidak mungkin tercapai tanpa melibatkan usaha. Berbeda dengan benda, tidak pernah mengalami perubahan kecuali mendapatkan kerja (usaha) dari luar. Dan manusia bukan hanya hidup tetapi juga berpikir, maka tidak cukup dengan usaha yang asal. Standar kemanusiaan tentulah lebih tinggi dibandingkan dengan hewan. Bila hewan memiliki strategi untuk bertahan hidup, manusia harus lebih dari itu. Kehidupan kemanusiaan tidak hanya untuk bertahan hidup, tetapi juga meciptakan peradaban sebagai buah eksitensi dirinya.

Inti dari persoalan ini adalah bagaimana berusaha ditengah ketidakpastian. Apakah harus berstrategi menghadapi kekompleksan semesta? Satu orang melawan seluruh komponen semesta kecuali dirinya? Bukan persoalan mudah memang! Satu sisi, kita perlu berusaha semaksimal mungkin, sisi lain sistem semesta terus bekerja dengan cara yang tidak diketahui. Terlalu banyak hal yang diluar kendali kita, usaha kita pastilah terabaikan. Kalaupun berhasil, mungkin sebetulnya bukan karena usaha kita, melainkan karena memang semesta sedang ingin melakukan hal tersebut.

Lalu bagaimana? Tidak usah berusaha? Tidak mungkin, sebab berdiam pun adalah suatu bentuk usaha. Lalu?

Hal yang perlu kita ubah adalah paradigma berusaha tersebut. Berusaha itu tidak berkaitan dengan hasil. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, sistem semesta itu terlalu kompleks bila menganggap usaha kita dapat mengubah semesta. Sesungguhnya yang berubah adalah pandangan kita terhadap menyikapi semesta itu sendiri. Saat kita melakukan usaha kemudian mendapatkan hasil sesuai harapa, kita telah berprasangka bahwa semesta telah mengikuti kehendak kita. Begitupun bila mendapat hasil yang tidak sesuai, kita telah berprasangka bahwa usaha kita gagal. Bila begitu, lalu hasil yang kita dapatkan itu darimana kalau bukan karena usaha kita sendiri? Karena semesta menghendaki hal tersebut bukan berarti semesta telah tunduk atas usaha kita.

Memang ada banyak sekali hal yang seolah memiliki kausalitas diantaranya hasil sering dikaitkan dengan sebab usaha. Padahal hasil sama sekali bukan ada di kehendak kita.

Hidup Mengalir

Hidup mengalir sering disalah artikan sebagai hidup yang terbawa arus. Kemanapun arus pergi, ia akan terbawa. Sehingga “hidup mengalir” sering dihakimi sebagai jalan hidup yang tidak baik.

Bila kita mencermati dengan benar, kata “mengalir” memiliki arti yang tidak sama dengan terbawa arus. Ada yang bilang mengalir selalu dari atas ke bawah, jatuh, maka cara hidup mengalir adalah cara yang buruk. Konon kita harus berani melawan arus. Sekali lagi saya tekankan, ini adalah cara pandang yang keliru, “mengalir” tidak sama dengan “terbawa arus.”

Mengalir secara fisis adalah berpindah/bergerak. Lihat lah, sangat sesuai dengan fitrah manusia, harus berubah, bergerak! Terlebih mengalir berarti memiliki perbedaan potensial (dorongan). Semakin besar dorongan, semakin kuat mengalir. Tidakkah kita perhatikan, batu yang keras saja bisa berlubang hanya dengan tetesan air terus menerus. Bagaimana dengan aliran yang deras? Berkaitan dengan konsep usaha di atas, hidup mengalir sangat sesuai sebab mengalir tidak pernah memperhatikan muaranya dimana. Yang penting berusaha dan berusaha, tidak perlu menanti-nanti hasil.

Memahami Konsep Mengalir

Perlu diperhatikan bahwa mengalir itu bukan berarti kebawah. Sebab kalau mengalir hanya kebawah, mana mungkin kita bisa mandi air tanah?

Pastilah Anda akan berkomentar, ya itu karena pakai pompa. Tepat! Air dapat mengalir ke atas dengan bantuan pompa. Bahkan tidak hanya ke atas, tapi ke segala arah sesuai kemana kita arahkan aliran tersebut. Perlu disadari bahwa air secara natural mengalir kebawah bukan tanpa sebab. Perbedaan potensial gravitasi lah yang menarik air kebawah. Lain halnya dengan pompa, perbedaan potensial akibat tekanan pompa dapat diarahkan sedemikian rupa.

Sekarang kita paham bahwa mengalir tidak melulu kebwah. Kita bisa mengalir kemanapun yang kita mau, asalkan memiliki potensial yang lebih tinggi dibandingkan dengan tujuan. Dalam kehidupan nyata, potensial yang kita perlukan adalah potensi diri. Baik dari segi ilmu maupun skill. Semakin tinggi potensi kita, semakin mudah mengalir kemanapun yang kita mau.

Pada akhirnya, terkadang tulisan dibuat bukan untuk dipahami, mungkin untuk membuat bingung? Tapi yang terpenting adalah, dengan hidup mengalir, kita memahami betul bahwa segala kejadian sudah sedemikian rupa diatur oleh yang Maha Kuasa. Usaha apapun yang kita lakukan, lakukan lah dengan ikhlas, artinya tidak pernah menghakimi kejadian yang akan datang sebagai bentuk balasan dari usaha yang dilakukan.

Pixel2Other – Ambil Data dari Grafik

Suatu ketika kita memerlukan data, misalnya untuk pembanding atau referensi. Namun, umumnya data yang tersedia dialam makalah ilmiah hanya berupa grafik, jarang yang menampilkan data mentahnya. Oleh sebab itu, untuk memproduksi ulang data pada grafik tersebut diperlukan aplikasi tertentu. Banyak aplikasi yang tersedia untuk memproduksi ulang data dari grafik, sebagian perlu lisensi karena berbayar. Pixel2Other hadir sebagai solusi masalah ini, aplikasi GRATIS ini dapat digunakan untuk mengambil data baik dari grafik skala linier maupun grafik skala logaritmik.

Tips Mengusir Ragu dan Kekhawatiran Berlebihan

Semua orang pasti pernah mengalami keraguan, pun Saya telah banyak mengalami keraguan. Tak terhitung lagi seberapa banyak Saya pernah ragu dalam suatu hal. Tak terhitung ini maksudnya bukan berarti tak berhingga jumlahnya, tentulah masih terbatas hingga N kali ragu, dimana N adalah bilangan bulat dan N < ∞. Maksud dari tak terhitung adalah kebanyakan telah terlupakan / dilupakan.

Pada dasarnya, keraguan muncul ketika kita mendapati kekhawatiran. Sedangkan kekhawatiran muncul ketika kita memikirkan kemungkinan negatif / kemungkinan kegagalan. Memang tidak salah memiliki kekhawatiran, itu juga dapat menjadi motivasi untuk berbuat dengan benar agar terhindar dari hal yang dikhawatirkan terjadi.

Sejak awal dinyatakan lulus Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), selain rasa senang, saya telah diliputi rasa kekhawatiran. Bagaimana tidak, masuk ke ITB yang dulu didam-idamkan, saat itu seolah berubah menjadi sebuah ancaman. Rasa khawatir muncul ketika membayangkan kelak bagaimana. Bisakah melalui pembelajaran di ITB dengan baik? atau justru mengecewakan? Kekhawatiran itu bukan tidak beralasan, sebagai seorang siswa biasa dari kampung, kecerdasan pas-pasan, tidak pernah bimbel, harus bersaing dengan mereka yang berasal dari sekolah favorit dari kota, dan selalu ikut bimbel? Tentu saja itu hanya kekhawatiran berlebihan Saya saja.

Saya diterima di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Pikiran Saya saat itu adalah FMIPA sebagaimana pada umumnya terdapat pelajaran Biologi. Ah, pelajaran ini paling susah, karena banyak hapalan. Sehingga, semua buku SMA berkaitan dengan Biologi Saya bawa. Kalau buku fisika, matematika, dan kimia, sih hanya bawa secukupnya saja. Tapi, lucunya adalah setelah di Bandung, kemudian mendapatkan informasi dari senior, bahwa FMIPA ITB itu tidak ada pelajaran Biologi, Wow. Kekhawatiran Saya ternyata tak berguna.

Saat pendaftaran ulang mahasiswa baru, semua persyaratan Saya penuhi kecuali foto (Rontgen) Toraks dan keterangan bebas buta warna dari dokter spesialis mata. Awalnya Saya mengaggap itu tidak penting, tapi saat mengetahui peseta lain membawa kelengkapan tersebut, Saya mulai khawatir. Ditambah lagi, saat itu ada peserta daftar ulang yang diminta balik terlebih dahulu karena tidak membawa Toraks. Kekhawatiran semakin meningkat ketika mengetahui harga Toraks dan tes bebas buta-warna yang cukup mahal, yang saat itu uang disaku tidak cukup. Ya, Saya datang ke Bandung hanya dengan uang yang cukup untuk makan minum.

Antrean semakin sedikit, sebentar lagi Saya akan dipanggil. Saya sudah membayangkan apa yang akan terjadi, diusir dan gagal mendaftar ulang. Tiba nama saya dipanggil, mulai melangkah ke meja pengecekan kelengkapan administrasi. Perlembar dokumen di lihat, ijazah, skhu, kk, dll. Anehnya adalah, saat itu Saya di anggap telah memenuhi semua kelengkapan. Alhamdulillah. Kok bisa? Apakah panitia pengecekan salah mencentang list kelengkapan? Entahlah, Saya yang merasa kurang kelengkapan tidak berani bertanya “apakah surat keterangan bebas buta warna dan Toraks tidak diperlukan?”.

Selama di ITB, banyak sekali hal yang mebuat khawatir. Saya khawatir tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik, konon ujian di ITB sangat susah. Terlebih saat melihat “tembok ratapan” (istilah papan pengumuman nilai fisika dasar), banyak mahasiswa yang dapat D dan E, tidak lulus. Namun, kekhawatiran itu ternyata tidak pernah terjadi. Nilai saya hampir selalu bagus. Matakuliah utama, fisika dasar, kimia dasar, dan kalkulus, semuanya dapet A. Wah.

Tidak hanya dalam urusan akademik, urusan sosial-mahasiswa pun Saya menemui banyak hal yang membuat khawatir. Misalnya, apakah Saya bisa mengemban amanah menjadi ketua? Ternyata tidak ada hal yang mesti dikhawatirkan. Beberapa kali menjadi ketua panitia suatu kegiatan, menjadi ketua Unit Pramuka ITB, menjadi ketua Racana Ganesha, menjadi Pembina, smua berjalan sebagaimana mestinya. Kekhawatiran yang ada di awal, ternyata tidak pernah terjadi. Sebetulnya masih banyak lagi pengalaman yang membat khawatir. Kelulusan, pencarian beasiswa S2, krisis, dan sebagainya. Bahkan dalam rencana pernikahan pun sempat ada keraguan.

Melalui pengalaman-pengalaman tersebut, Saya telah mengidentifikasi bahwa kekhawatiran berlebihan itu dapat muncul ketika kita terlalu banyak membayangkan kemungkinan-kemungkinan buruk terjadi. Padahal, kemungkinan buruk itu mungkin atau bahkan tidak pernah akan terjadi. Saya mendapati bahwa untuk menghilangkan atau setidaknya mereduksi rasa khawatir adalah dengan,

  1. Kembali mengingat nikmat Allah yang selama ini didapat. Berapa banyak? tidak terbayangkan jumlahnya kan?
  2. Mengingat kembali bahwa selama ini dan sampai saat ini, Allah berpihak (memberi yang terbaik) pada mu. Allah juga yang telah menghantarkan mu sampai saat ini, menjadi seperti ini. Dan apabila Allah sampai saat ini berpihak pada mu, yakinilah bahwa seterusnya pun Allah akan berpihak pada mu.
  3. Menghilangkan atau setidaknya mengurangi membayangkan kemungkinan buruk yang akan terjadi.
  4. Mulai membayangkan kemungkinan positif yang akan terjadi dan mencari-cari hikmah yang akan didapat bial kemungkinan buruk terjadi.
  5. Berusaha secara maksimal, kemudian bertawakal. Pada akhirnya, kita sadar betul bahwa yang bisa kita lakukan hanyalah berusaha. Selebihnya Allah yang menentukan, kemudian bersabar dengan apapun yang akan terjadi.
  6. Ikhlas. Dalam hal ini, yang kita kerjakan pada dasarnya kita niatkan karena Allah. Maka apabila benar-benar ikhlas, tidak ada lagi angan-angan duniawi. Sehingga bila tujuan tidak tercapai kit tidak akan kecewa, karena toh niatnya karena Allah. Dan amal sudah dicatat berdasarkan niat, bukan hasilnya.

Bila rasa kekhawatiran telah hilang atau setidaknya berkurang hingga ke level kekhawatiran yang wajar maka otomatis keraguan akan hilang dengan sendirinya. Keraguan akan berubah menjadi kemantapan. Sikap ragu-ragu ini memang menjadi ujian yang cukup besar bagi manusia. Sebab itulah yang dilakukan setan, memberi was-was kedalam dada manusia. Salah satunya dengan membuat manusia banyak membayangkan kemungkinan buruk. Sehingga akhirnya bisa melemahkan keyakinan kita terhadap takdir yang Allah tetapkan. Takdir yang Allah tetapkan pastilah baik untuk hambanya, itu lah yang harus dipahami dan diyakini.